Mencintai Masalah

Dalam situasi penuh ketidak pastian pendemi seperti saat ini semua orang masing-masing bereaksi berbeda-beda.  Ada yang merespon dengan tenang, namun ada yang bereaksi berlebihan bahkan menuju keparanoid.

Beberapa orang sebutlah pesohor wanita Indonesia kita yang malah masih dengan tenang melakukan perjalanan keluar negeri dan merasa biasa biasa saja ketika harus dikarantina setibanya sampai di negaranya. Yang satu lagi secara ekstreem mengisolasi diri dan penuh ketegangan memperhatikan jumlah korban akibat pendemi dan membikin orang yang melihatnya ikut merasa tegang.

Sumber : Freepik.com

Sumber : Freepik.com

Pandemi itu masalah hidupkah ? ya betul.

Persis sama dengan masalah-masalah hidup lainnya. Dalam menyikapi masalah manusia harus bagaimana? Seni menyikapi masalah hidup sama dengan mencintai masalah hidup . Mencintai masalah perlu dikaji lebih jauh , gunanya apa, agar  kita tidak salah bersikap dan bukan jatuh dalam masalah, tapi berdiri menghadapi masalah.

Sumber : Freepik.com

Sumber : Freepik.com

 

Standing In Problem

Problem itu bermakna  memberdayakan  bukan menyulitkan manusia

 

Caranya bagaimana ?

Kita harus belajar dulu menjadi penyelesai masalah, alih-alih membicarakan masalah apa yang dihadapi. Kebanyakan orang membicarakan apa masalahnya, bukan bagaimana memecahkan masalahnya. Akibatnya tidak ahli solving problem, tapi ahli  membuat masalah. Ini sangat merepotkan manusia itu sendiri.  Masalah di interpretasikan sebagai sulit, beban dan kerugian, ini penyakit manusia modern saat ini.  Apa benar seperti itu?  Yap manusia modern saat ini lebih fokus pada apa masalahnya. Tak terbiasa untuk berlatih bertanya bagaimana mengatasi masalah. Alhasil masalah menjadi membuat sulit alih-alih memberdayakan diri manusia itu sendiri.

Sumber : Freepik.com

Sumber : Freepik.com

Kenapa gagal menyikapi masalah?

Terhadap masalah manusia gagal menghadapinya karena penyakit dunia modern : yaitu tergolong menyerap masalah, mengekploitasi masalah, bernegosiasi dengan masalah dan bisa jadi kita menimbun masalah.

Nah akibatnya kita akan jatuh dalam masalah , tidak berdiri diatas masalah itu sendiri. Seni mengatasi masalah bisa kita latih, contohnya seperti  berikut ini:

  1. Janganlah kita hanya mau hidup senang saja tanpa mau bercapai capai. Malas belajar dan malas berlatih membuat anda tidak tangguh. Setiap orang sukses timbul karena kebiasaan melatih semua yang penting penting, menjadi kebiasaan dan karakter. Tak terbiasa atau tak terlatih mengadapi masalah menjadi rentan. Sedikit demi sedikit menyerah, dan membiarkan waktu berlalu tanpa ada hikmahnya.
  2. Masalah tidak hadir untuk jadi sumber penderitaan, masalah adalah jembatan kita menuju manusia yang memiliki makna hidup. Jangan ekploitasi masalah sebagai sumber penderitaan.
  3. Masalahpun sesungguhnya bukan karena pasar yang membuat kita untung atau rugi. Hingga tak perlu menghindari suatu masalah yang menurut kita akan membuat kerugian. Justru pada gilirannya masalah akan kita syukuri karena begitu kita bisa mengatasi pada akhirnya keberuntungan yang datang, alih-alih takut pada dunia dan masalah yang ada.
  4. Jika hidup kita terlalu menyedihkan, penuh keluh kesah dan galau tidak habis, jangan-jangan engkaulah penimbun masalah itu sendiri. Ya benar sekali, selesikan satu persatu, walau pelan sekalipun tak masalah. Jauh lebih bagus daripada diam ditempat. Langkah pertama itu penting, tapi jauh lebih penting adalah hasil akhirnya. Dengan demikian proses adalah substansi, nikmati proses , nyalakan lilin dalam kegelapan dibanding mengeluh tak berguna sedikitpun.

 

Nah.. Pandemi corvid 19 bisa dijadikan tolok ukur termasuk apakah kita bisa mencintai masalah atau menjadi pecundang masalah.

Sumber : Freepik.com

Sumber : Freepik.com

Jika kamu panik apa yang terjadi?

Dan jika kamu bersabar dengan pandemi ini apa pula yang terjadi?

Ini pilihan bagai kecerdasan mu dalam mencintai masalah. Jika panik alhasil mungkin kamu termasuk yang mengekploitasi pandemi, menimbun dan menjadikan beban dan membuat stress semua orang dengan menebar hoax yang menakut nakuti atau bahkan kamu malah menjual sanitazer untuk mencari keuntungan…

Tentu saja kita ingin termasuk yang sabar dalam masalah pandemi ini. Semoga kita termasuk pada kategori manusia yang mencintai masalah.

Standing in Problem, Not Fall in Problem.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *